Fi Dzilalil Murabbi...


Bismillahirrahmanirrahim..


dengan namaNya,
ar-Rahman..ar-Rahim..
ar-Rahman atas segalanya
ar-Rahim atas segalanya..

adunan rasa yang disimpan,
jauh di sudut yang paling dalam
buat jiwa-jiwa..yang berjiwa mutarabbi..
meski sudah jauh berjalan
jiwanya masih jiwa mutarabbi
mengharap sayang sang murabbi
mengharap kasih sang murabbi

wahai ‘abidurrahman..
dalam hatimu itu ada rasa sayang
dalam hatimu itu ada rasa kasih
sayang bukan sebarang sayang
kasih bukan sebarang kasih

cuma..cuma..
ingin kuingatkan..
diriku dan kalian
murabbi itu bukan malaikat
murabbi itu bukan nabi yang maksum,

cuma..cuma..
murabbi itu cuma seorang manusia,
yang dengan sedayanya mencuba
menjadikan nabi itu qudwah terbaik dalam hidupnya

dan kenapa, duhai pemilik hati ‘abidurrahman
perlu kalian mengeluh, berkeluh kesah
resah menanti murabbi sepertinya malaikat
menunggu murabbi sepertinya nabi
tanpa ada cacat walau sedikit

benar..benar..
benar murabbi itu seorang pemimpin
benar murabbi itu seorang guru
benar murabbi itu seorang teman
benar, seharusnya begitu

tapi..
ingin diingatkan,
diriku dan kalian..
kita merancang,
Allah jua merancang,
dan Dia adalah sebaik-baik perancang..

sabar..sabar..sabar duhai pemilik hati ‘abidurrahman..
tarbiyah itu dari Allah..

ada harinya tarbiyah itu lewat sang murabbi..
ada harinya tarbiyah itu lewat sang mutarabbi..
ada harinya tarbiyah itu, lewat diri kita sendiri…
tapi datangnya sama, dari Allah..

kenapa harus ada masa berhenti?
kenapa harus ada masa berhenti dari tarbiyah ini?
kenapa..?

yang miliki hatimu itu dirimu sendiri
yang miliki jiwamu itu jiwamu sendiri
yang miliki imanmu itu imanmu sendiri

Allah kan ada..
Allah ada..
Allah..

duhai pemilik hati ‘abidurrahman..
ku katakan begini,
untuk kalian yang memiliki jiwa mutarabbi
untuk diriku yang jua seorang mutarabbi
dan murabbi kita..jua seorang mutarabbi..
sampai..
murabbi teragung..

tidak rindukah kita pada baginda?

murabbi kepada murabbi teragung..?
DIA pemilik nyawa kita..
DIA pemilik hati kita..
DIA pemilik iman kita..
kembali pada asalnya diri.

jadi kenapa harus lari?


*puisi nukilan seorang ustaz....
merenung ku bertanya sang pemilik diri..
kenapa perlu rasa lemah?
kenapa perlu melarikan diri?
sedangkan jalan yang benar jelas terpampang di depan mata?
wahai sang pemilik diri...
hiasilah futurmu dengan bait-bait keimanan
jangan biar suara kelemahan itu melemahkan himmah mu
tetapkanlah mujahadahmu...
kerna tiada yang lebih indah melainkan 
tarbiyah dari murabbi Teragung
dalam perjalanan menuju syurgaNya....

"Dan janganlah kamu merasa lemah, dan jangan pula bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (darjatnya), jika kamu orang yang beriman."(3:139)